Monday, November 16, 2015

Masih Belum Terima di Tinggalkan Ayah

Hingga saat ini (tanggal 16 November 2015) tepatnya 16 hari kami telah ditinggalkan Ayah tercinta, saya secara pribadi masih belum menerima atas kepergian ayah saya, dimana dia meninggal ketika tidak mengalami sakit yang berat.

Perlu diketahui kalau Ayah saya (Kudik, dia meninggal di umur 49+tahun, kelahiran 1966) meninggal karena mendapatkan sakit disaat dia sedang panen sawit pada hari sabtu, 31 Oktober 2015, dia mengalami sakit dibagian kepala sebelah kanan, katanya sakitnya begitu sakit, ketika adik saya menelpon untuk mengabarkan kalau ayah kami sedang sakit dikebun sawit membuat saya cepat pergi ke kebun sawit.
Ceritanya ayah saya dan mama saya sedang melakukan panen sawit, tiba-tiba ayah mengalami sakit kepala, mamapun menjadi panik menyebabkan mama memangil adik saya yang sedang noreh tidak jauh dari kebun sawit tersebut (Bungaris, nama tempat)(secara kebetulan adik saya noreh di kebun karet unggul ayah saya, padahal dia jarang noreh disitu).
Mama saya dimarahin sama bapak saya karena merepotkan anak-anaknya kata almarhum ayah, tapi kata mama saya siapa lagi yang akan mengurus kalau bukan anak-anaknya, adik saya pun datang, dan dia menelpon saya kebetulan saya sudah datang dari pasar, untuk belanja perlengkapan di warung, kata almarhum kalau saya sedang di pasar, adik saya yang bernama edi pun menghubungi saya mengunakan nomor ayah saya, ketika saya angkat yang ngomong seorang wanita mengunakan bahasa jawa, saya bertanya ”Ada ahe pak (dalam bahasa Dayak ahe yg artinya ada apa) namun orang yang dalam hp pun ikutan ngomong yang membuat saya tidak mengerti, hp pun saya matikan, kemudian adik saya menelpon untuk kedua kalinya mengunakan nomor ayah saya namun sebelum saya angkat hpnya udah dia tutup, dan saya pun menghubungi balik di nomor ayah saya, ketika di angkat saya mendapatkan kabar kalau ayah sedang sakit, dan disuruh dengan cepat oleh adik saya edi untuk ke kebun, tampa pikir panjang lagi saya pergi kesitu, pelangan yang ada di warung saya tidak saya hiraukan, dimana di warung ada Bobo, Akun, dan Om Pak Nia, serta adik saya Endius, saya pun bergegas kesana. Sampai dikebun saya mendapati ayah saya yang sedang kesakitan memegang kepalanya, dan mengatakan kalau kepalanya benar-benar sakit.
saya berinisiatif untuk mengambil abu tempat dimana ibu saya menyalakan api, yang saya kwahatirkan kalau dia terkena santet yang orang taruh dibekas pembakaran api, saya urapkan di dahi dan dada ayah saya namun tidak ada manfaatnya juga, saya pun menyuruh adik saya untuk membawa ayah saya di pondok, sampai di pondok ayah saya masih menahan sakitnya, saya pun berusaha menghubungi om saya pak Yosa namun tidak nyambung, saya pun menghubungi Kakak saya Emel, dan mengabarkan kalau ayah saya sedang sakit, yang pertama datang adalah om Pak Nia, kami sempat mengurusnya dan membuat dia muntah, perasaan saya udah karuan karena ayah saya semakin parah kelihatannya(yang membuat saya hampir kehilangan kesadaran), singkat cerita akhirnya ayah saya dibawa pulang namun sudah dalam keadaan kritis, saya pun makin tidak percaya. Sampai tulisan ini saya buat, saya masih belum bisa menerima kepergian ayah saya meninggalkan kami, karena cara dia meninggal dan menurut urutan orang-orang dalam keluarga saya yang meninggal dari pertama Adik ayah saya (Sa’uin wafaat 2011), abang Ayah saya (Sulian wafat 2012), ibu ayah saya (Nenek kami, Siti wafat 2013) dan baru saja Ayah saya (S. Kudik, Wafat 31 Oktober 2015) dari urutan tersebut seolah-olah tiap tahun merengut nyawa, ini yang membuat saya tidak percaya, ayah saya pernah berkata kalau umur dia tidak akan lama lagi, karena dia akan dicelakain kebetulan beberapa bulan sebelum dia meninggal dia ada kasus dengan orang di kampung kami, yang berusaha mencamplok tanah orang lain, dan karena itu salah dimata ayah membuat dia membela orang yang mempunyai tanah tersebut. Saya tahu siapa-siapa orang-orang yang benci dan mencelakai ayah saya maupun yang iri sama keluarga saya, orang satu kampung pun ada yang bermimpi kalau ayah saya meninggal gara-gara kena santet oleh seseorang, dan abang ipar saya pun bermimpi yang sama, saya berdoa kiranya orang tersebut di ampuni dosanya oleh Tuhan yang maha kuasa dan mendapatkan upah yang setimpal atas perbuatannya

No comments:

Post a Comment